Penyakit Gumboro dan Cara Mengatasinya

Diterbitkan pada

Cover gumboro sumber canva
Sumber: Canva

Infectious bursal disease (IBD) atau yang lebih kita kenal dengan nama gumboro. Gumboro merupakan penyakit viral yang bersifat akut dan mudah menular yang disebabkan oleh Infectious Bursal Disease Virus (IBDV). Virus ini merupakan virus ss-RNA dan tidak beramplop yang tergolong ke dalam family Birnaviridae. Gumboro menyerang ayam umur muda dengan organ utama predileksi virus gumboro adalah bursa fabrisius,  di saat mayoritas sel B berada dalam tahap aktif membelah.

Penyakit gumboro memiliki arti nilai ekonomis penting dalam industri perunggasan dengan dampak mortalitas mencapai 20-40% serta efek sifat imunosupresif dengan menyerang organ kekebalan terutama pada bursa fabrisius. Efek imunosupresif yang diakibatkan oleh virus gumboro mengakibatkan kerusakan pada organ tersebut, sehingga kekebalan terhadap penyakit lain menjadi rendah, yang secara simultan menyebabkan kondisi ayam akan lebih rentan terhadap serangan penyakit lainnya seperti ND, IBH ataupun penyakit-penyakit bakterial dan parasit. Selain itu, efek imunosupresif gumboro juga dapat mengakibatkan penurunan respon berbagai program vaksinasi selama periode infeksi.

Berdasarkan data yang dikumpulkan tim Technical support PT TMC, gumboro merupakan penyakit viral pada broiler yang paling sering terjadi di tahun 2022 dan kemungkinan juga akan tetap kita temui dan menjadi tren di 2023, dimana penyakit ini dapat meningkat saat musim kemarau basah. Keparahan kasus terjadi akibat adanya infeksi bakterial yang tidak tertangani, serta adanya amplitudo perubahan perbedaan suhu hingga mencapai 10oC dan kelembaban yang ekstrim antara siang dan malam hari.



Tabel 1.1 Kejadian penyakit viral broiler semester 1 (Januari-Juni) tahun 2021 dan 2022


Gejala klinis yang tampak pada gumboro sangat bervariasi tergantung beberapa faktor seperti umur, jenis virus, jenis vaksin yang digunakan, jenis ayam dan lain-lain. Masa inkubasi virus selama 2-3 hari. Ayam yang terinfeksi virus gumboro akan tampak lesu, tremor (gemetar), bulu berdiri, diare keputihan dan bulu-bulu di sekitar kloaka tampak adanya kotoran yang lengket menempel, suhu tubuh meningkat dan berakhir dengan kematian. Gambaran yang jelas terlihat oleh penyakit ini adalah morbiditas yang mendadak dan tinggi, pada kurva kematian tampak mengalami peningkatan selama 5 hari pasca infeksi, diikuti dengan pemulihan setelah adanya peningkatan kematian, seluruh proses penyakit ini membutuhkan waktu 7-8 hari hingga akhirnya mereda pada kondisi infeksi tunggal.

Lesi menciri (patognomonis) yang ditimbulkan oleh infeksi gumboro dapat ditemukan pada organ saat dilakukan nekropsi. Pada bedah bangkai tampak perubahan makroskopik yang spesifik terlihat pada bursa fabrisius yang mengalami kebengkakan dan terdapat cairan berwarna kekuningan serta peradangan yang terjadi pada 3 hari pasca infeksi, kemudian bursa akan mengalami atropi dan mengalami penurunan ukuran sampai sepertiga ukuran normalnya. Pada organ ginjal tampak mengalami kebengkakan yang disertai adanya timbunan asam urat. Lesi lain yang dapat ditemukan adalah perdarahan berbentuk garis pada otot dada dan paha.



Gambar 1.1. Perubahan patologi anatomi akibat gumboro a) ginjal mengalami kebengkakan disertai timbunan asam urat b) Bursa fabrisius mengalami kebengkakan dan peradangan


Strategi mengatasi gumboro

  1. Mencegah virus masuk ke ayam

          Program biosekuriti ketat, lakukan langkah-langkah pembersihan kandang, peralatan dan lingkungan secara ketat dengan penerapan sanitasi dan                 desinfeksi rutin sehingga dapat mengurangi persebaran virus. Karakteristik virus gumboro adalah tidak beramplomp, sehingga tahan di lingkungan.                  Desinfektan yang dapat digunakan yaitu SPECTARAL dan INTERCIDE dengan spektrum luas yang efektif terhadap virus beramplop maupun tidak           beramplop.

     2.  Mencegah virus menginfeksi target organ

         Meningkatkan antibodi terhadap virus merupakan salah satu langkah untuk mengendalikan gumboro yang dapat dilakukan melalui program vaksinasi           yang tepat dan program pemberian imunoterapi dengan Immunoglobulin Yolk IgY-4-G pada umur rawan gumboro.

      3. Mengatasi gejala yang ditimbulkan oleh virus dan reaksi post vaksinasi

         Peradangan pada bursa fabrisius merupakan gejala yang khas pada penyakit gumboro. Pemberian PARAGIN dengan kandungan parasetamol dan               sorbitol mampu mengatasi gejala peradangan pada infeksi maupun reaksi post vaksinasi. Parasetamol sebagai analgesik, antipiretik dan antiinflamasi,           sedangkan sorbitol sebagai sumber energi tambahan dan memberikan efek segar pada ayam

      4. Antiseptik membunuh virus yang berada di saluran perkencingan

         Pemberian RENOFLAS dengan kandungan zat aktif hexamine, berfungsi sebagai antiseptik saluran perkemihan dan diuretika pada unggas, memiliki         manfaat utama mengatasi timbunan asam urat yang diakibatkan infeksi virus Gumboro. Hexamine di dalam saluran perkemihan dimodifkasi menjadi           formaldehyde yang memiliki efek bakterisidal dan virusidal.

      5. Vitamin E dan Selenium untuk meningkatkan imunitas

         Berikan vitamin dengan kpmposisi unik seperti Introvit-E-Selen untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mengatasi stress. Vitamin E merupakan          antioksidan yang berguna melindungi dan menjaga keutuhan membran sel tubuh dari kerusakan karena proses oksidasi. Selenium merupakan                   komponen penting enzim glutathione peroxidase (GSH) yang berperan dalam melindungi sel dari kerusakan akibat oksidasi.