PENANGANAN WABAH GUMBORO DI MUSIM PANCAROBA

Diterbitkan pada

4.2
Sumber gambar : Tim Lapangan TMC

    Saat ini di seluruh tempat di Indonesia sedang mengalami musim pancaroba – peralihan musim dari musim panas ke musim penghujan. Musim pancaroba tahun ini disertai dengan perubahan cuaca ekstrim, hujan yang sangat lebat disertai angin kencang, dan perubahan suhu secara mendadak. Kondisi alam seperti ini sering membuat ayam stress serta menurunkan kondisi fisiologis ayam. Kondisi ayam yang terpuruk ini merupakan peluang besar terjadinya infeksi virus seperti avibirnavirus – virus penyebab penyakit gumboro / IBD (Infectious Bursal Disease).   

    Nama Gumboro diambil dari wilayah di Amerika yaitu Gumboro, Delaware, tempat pertama kali penyakit ini ditemukan pada taun 1963 sebelum akhirnya menyebar ke seluruh dunia hingga saat ini. Penyakit Gumboro awalnya disebut sebagai penyakit Infectious Nephritis – radang ginjal yg menular, karena hampir disetiap kasus ditemukan terjadinya pembengkakan ginjal disertai juga pembengkakan limpa. Setelah diketahui bahwa infeksi penyakit ini tidak hanya terjadi di ginjal saja melainkan lebih terpusat di Bursa Fabrisius Karena posisi ginjal dan bursa fabrisius di punggung atas ayam yg berdekatan, sehingga jika Bursa Fabrisius terinfeksi maka organ terdekatnya yaitu ginjal juga akan mengalami infeksi, sejak saat itu penyakit ini disebut sebagai Infectious Bursal disease (penyakit bursa yang menular). Pada gambar 1. Ditunjukkan dengan panah lokasi organ-organ dalam tubuh ayam yang terinfeksi virus Gumboro.

Gambar 1. Lokasi organ-organ tubuh ayam yang terinfeksi virus Gumboro. Bursa Fabrisius (panah biru), ginjal (panah merah), limpa (kuning)

    Organ-organ system pertahanan tubuh ayam yang terserang virus Gumboro akan mengalami kebengkakan, untuk Bursa fabrisius awalnya akan bengkak selama 3-4 hari dan berlanjut menjadi radang, dan atropi (pengecilan organ) akibat kerusakan & kematian sel-sel bursa. Penyakit Gumboro hampir sama seperti penyakit AIDS pada manusia yang bersifat immunosupresi dan mematikan, dimana ayam yg terkena virus ini akan mengalami kesulitan untuk mengaktifkan system kekebalan tubuhnya dalam melawan infeksi sekunder (infeksi kedua atau berikutnya) yang menyerang ayam akibatnya sering ditemukan infeksi penyakit lain yang menyusul setelah ayam terkena penyakit Gumboro. Kondisi ini disebut juga dengan kondisi Immunosupresi, dimana system kekebalan tubuh ayam akan tertekan sehingga penyakit apapun yang masuk (virus, bakteri, protozoa, dll) akan berkembang dengan hebat dan bisa membunuh ayam. Kondisi ini akan diperparah dengan terjadinya cuaca ekstrim serta perubahan suhu mendadak di musim pancaroba.

    Gejala umum ayam yang terkena penyakit Gumboro biasanya akan mengalami peurunan nafsu makan yang berakibat terjadinya penurunan berat badan, lemas dan gemetar karena tidak ada energi yang masuk dari makanan. Selain itu, bulu ayam akan menjadi kusam dan berdiri akibat kurang asupan nutrisi. Kotoran ayam akan menjadi cair dan berwarna putih, kotoran yang berwarna putih ini sebenarnya adalah urine/kencing ayam yang banyak mengandung asam urat. Hal ini terjadi karena ginjal yang bengkak mengalami kerusakan sehingga system penyaringan asam urat akan terganggu dan dikeluarkan dalam jumlah banyak di urine – sehingga tampak seolah-olah kotoran nya berwarna putih cair.  

Gambar 2. Gejala ayam dan kotoran ayam yang terkena penyakit Gumboro 

    Saat dilakukan bedah bangkai, kelainan organ ayam yang terkena penyakit Gumboro adalah munculnya pendarahan di otot paha dan dada, kebengkakan ginjal disertai timbunan asam urat di ginjal, kebengkakan limpa, serta kelainan pada bursa fabrisius berupa pengecilan bursa yang berisi cairan putih atau pengerasan bursa.  

Gambar 3. Pola pendarahan di otot paha, dan pembengkakan limpa pada ayam yang terkena penyakit Gumboro (dok. Tim Lapangan TMC) 

Gambar 4. Pembengkakan ginjal, serta peradangan disertai atropi atau pengecilan bursa fabrisius (dok. Tim Lapangan TMC)

    Penularan Gumboro biasanya terjadi melalui lingkungan, sering sekalin terjadi di wilayah-wilayah yang memang endemis terkenal sering terjadi wabah penyakit Gumboro. Pencegahan terbaik adalah dengan memberikan vaksinasi Gumboro kepada ayam dalam kondisi sehat. Perlu diketahui bahwa kekebalan bawaan dari induk ayam di tubuh DOC hanya akan bertahan sampai umur 16 hari, setelah itu habis. Konsep klasik vaksinasi Gumboro biasanya diberikan di umur 14 hari dan kekebalan tubuh baru akan muncul 8 hari pasca vaksinasi di umur 22 hari. Berdasarkan data ini maka ayam akan tidak memiliki perlindungan terhadap serangan penyakit Gumboro di umur 16-22 hari. Sehingga sudah selayaknya dalam masa rawan 6 hari ini para peternak harus ekstra ketat menjaga kebersihan kandang dengan desinfeksi atau semprot kandang disertai pemberian vitamin dosis tinggi untuk menjaga stamina ayam. Saran terbaik bisa ditambahkan obat anti radang, vitamin C, dan gula untuk mengurangi reaksi pasca vaksinasi Gumboro yang menggunakan vaksin aktif . Diusahakan juga agar ayam tidak mengalami gangguan terkait perubahan musim, sehingga diusahakan kandang tetap kering dan hangat.

    Avibirnavirus sebagai virus penyebab penyakit Gumboro berbeda dengan virus lain karena tidak memiliki amplop dan sangat sulit dihancurkan dan struktur virusnya yang terdiri dari protein padat seperti kelereng. Diperlukan desinfektan dengan zat aktif khusus untuk menghancurkan virus Gumboro. SPECTARAL mengandung campuran Glutaraldehyde dan Dimetyl cocobenzyl ammonium chloride pekat yang mampu merusak dan menghancurkan struktur protein padat pada virus Gumboro.

    Untuk mengingkatkan stamina ayam selama masa rawan pasca vaksinasi dapat diberikan TM-VITA yang sudah mengandung vitamin A,B,C,D,E dan K untuk membantu meningkatkan antibodi dari tubuh ayam dalam melawan virus Gumboro. PARAGIN sangat baik diberikan pasca vaksinasi karena memiliki komposisi yang tepat seperti paracetamol, vitamin C dan sorbitol untuk mengurangi reaksi radang, menurunkan demam, menambah energi agar ayam cepat segar kembali. Jika terjadi infeksi sekunder pada ayam yang terkena wabah Gumboro, bisa diberikan ENROTEN yang mengandung enrofloxacin sebagai antibiotik berspektrum luas sehingga efektif terhadap infeksi bakteri baik di saluran pernafasan maupun saluran pencernaan.

    Pemakaian kombinasi pencegahan penyakit Gumboro adalah dengan memberikan TM-VITA 2 hari sebelum dan setelah vaksinasi Gumboro. Kemudian melakukan desinfeksi kandang menggunakan SPECTARAL pada hari-3 dan hari-5 pasca vaksinasi untuk mencegah serangan virus Gumboro di masa rawan. Untuk menghindari reaksi radang pasca vaksinas diberikan PARAGIN hari-3 sampai hari-5 pasca vaksinasi. Sedangkan untuk penanganan darurat kandang yang terkena wabah Gumboro dapat dilakukan dengan cara memisahkan ayam yang sakit parah dengan ayam yang sehat, melakukan penyemprotan SPECTARAL selama 3 hari berturut-turut, serta memberikan vitamin TM-VITA di pagi hari serta PARAGIN di sore hari selama 5 hari berturut-turut.  

Sumber :

2015. Wiedosari, Ening dan Wahyuwardani, Sutiastuti. Studi Kasus Penyakit Ayam Pedaging di Kabupaten Sukabumi dan Bogor. Jurnal Kedokteran Hewan. Vol. 9 No. 1.

2015. Teshome, Minalu dan Admassu Tewodros Fentahunand Bemrew. Infectious Bursal Disease (Gumboro Disease) in Chickens. British Journal of Poultry Sciences 4 (1): 22-28.