Musim Hujan Melanda, Bukan Kendala

Diterbitkan pada

Foto artikel
Sumber gambar : Google images

Saat pergantian musim, bagi sebagian peternak dianggap sebagai hal yang paling mengkhawatirkan, terutama bagi peternak broiler atau layer. Peternak harus mempersiapkan strategi tambahan agar produksi ternaknya tidak mengalami penurunan saat pergantian cuaca. Di Indonesia musim hujan biasanya terjadi pada awal bulan November-April.

Tentu saja musim hujan berbeda dengan musim kemarau. Permasalahan yang biasanya terjadi saat pergantian musim dari kemarau ke hujan antara lain:

1) Kecepatan angin

    Peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan (musim pancaroba) biasanya akan diikuti dengan munculnya angin kencang dari arah yang tidak menentu. Kecepatan angin yang tinggi bisa membuat ayam terkena stres dingin ekstrim, merusak konstruksi kandang, bahkan kandang ayam bisa roboh, sehingga dapat merugikan peternak.

2) Meningkatnya curah hujan

    Tingkat curah hujan tertinggi biasanya terjadi pada puncak musim hujan, yaitu di bulan Desember hingga Maret. Berikut dampak curah hujan yang terjadi terhadap usaha peternakan ayam:

  • Meningkatnya kelembapan udara

    Kelembapan udara yang nyaman untuk ternak broiler dan layer adalah sekitar 50%-80%. Curah hujan yang meningkat juga mengakibatkan kelembapan udara meningkat, sehingga berdampak kurang baik terhadap pertumbuhan ayam. Saluran pernapasan ayam akan terganggu akibat dari tingginya kadar air di udara.

    Selain itu, lingkungan yang lembap merupakan kondisi ideal untuk pertumbuhan bakteri, virus, parasit, dan jamur, sehingga ayam rentan terhadap serangan penyakit. Kelembapan udara yang tinggi juga bisa menyebabkan kondisi sekam pada kandang postal menjadi cepat lembap, basah dan menggumpal sehingga kandungan gas amonia di kandang menjadi tinggi. Kondisi sekam basah juga menjadi media bagi pertumbuhan bibit penyakit.

    Ayam yang dipelihara dengan sistem kandang terbuka (open house) lebih mudah terpengaruh oleh kelembapan udara tinggi dibanding ayam yang dipelihara dengan sistem kandang tertutup (closed house), karena pada kandang terbuka cuaca yang ada di luar kandang dapat mengekspos secara langsung hingga ke dalam kandang. Beda halnya dengan kandang tertutup dengan pergerakan udara yang lebih stabil dan tingkat kelembapan udara di dalam kandang bisa diatur sesuai dengan kebutuhan ayam.

  • Ketersediaan sekam kering terbatas

    Pada musim hujan, peternak ayam kadang mengalami kesulitan untuk menemukan sekam kering. Keadaan ini dikarenakan jarangnya pemilik penggilingan padi yang menampung sekamnya di tempat tertutup agar terhindar dari hujan. Akibat kelangkaan ini, harga sekam kering pada musim hujan bisa menjadi lebih tinggi dan kualitasnya sedikit rendah (agak basah).

  • Terkontaminasinya sumber air

    Meningkatnya curah hujan akan mengakibatkan perubahan terhadap kualitas air. Penurunan kualitas air umumnya terjadi secara fisik, kimia, maupun biologi. Secara fisik air menjadi keruh, berbau, dan bercampur partikel organik atau material lumpur.

    Air tanah yang bercampur partikel lumpur atau material organik lainnya akan memicu terbentuknya biofilm. Biofilm adalah lapisan tipis di permukaan akibat dari akumulasi mikroorganisme khususnya bakteri dan bisa terbentuk di mana saja.

    Dari segi kualitas biologi, sumber air yang berasal dari sumur, bak penampungan, danau, atau sungai dapat tercemar mikroba patogen, terutama bakteri E. coli (penyebab Collibacilosis) dan Salmonella sp. (penyebab Salmonellosis). Bakteri ini bisa terbawa oleh media apa saja di lapangan.

  • Menurunnya kualitas pakan

    Tingginya kelembapan udara pada musim hujan menyebabkan pakan yang disimpan dalam gudang menjadi tidak tahan lama. Pakan dengan kandungan air > 14% lebih cepat ditumbuhi jamur, sehingga terjadi penurunan kualitas pakan.

    Selain penurunan mutu pakan, baik secara kualitas (penurunan kadar nutrisi) maupun kuantitas (penggumpalan dan kerusakan pakan), pakan yang terkontaminasi jamur juga berisiko tercemar mikotoksin (racun jamur). Keberadaan mikotoksin meningkat mengikuti pertumbuhan koloni jamur. Mikotoksin menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh (Imunosupresif) sehingga ayam mudah terinfeksi agen penyakit.

3) Suhu rendah

    Kebutuhan suhu rata-rata unggas sekitar 32-350C. Saat musim hujan, suhu lingkungan relatif lebih rendah (udara dingin). Jika masa brooding dilakukan pada musim hujan, hampir sepanjang hari diperlukan pemanas dan masa brooding akan berlangsung lebih lama (> 14 hari). Keadaan ini sangat berbeda ketika musim kemarau. Saat kemarau, pada siang hari (DOC umur 3 hari) pemanas bisa dimatikan karena suhu lingkungan sudah memenuhi suhu yang dibutuhkan DOC. Pada ayam umur 1-14 hari (periode brooding) perubahan suhu siang dan malam akan sangat berpengaruh terhadap performa ayam di umur berikutnya

    Dengan demikian, pada musim hujan biaya untuk pemanas akan lebih tinggi dibanding biaya pemanas pada musim kemarau. Namun, penerapan sistem pemanasan sepanjang hari (pemanas menyala siang dan malam) akan lebih baik. Jika tidak dilakukan pemanasan ekstra pada siang hari, DOC tidak mendapatkan suhu yang ideal untuk pertumbuhannya dan akan kedinginan. Dampak lebih lanjut, pertumbuhan DOC akan terhambat dan keseragaman rendah.

4) Kebutuhan pencahayaan tambahan

    Selama musim hujan, sinar matahari relatif berkurang, bahkan pada saat-saat tertentu keadaannya bisa mendung atau gelap sepanjang hari. Jika keadaan ini terjadi, peternak harus menambah pencahayaan agar aktivitas makan dan minum, serta produksi telur ayam tidak terganggu.

    Penambahan pencahayaan pada siang hari ketika musim hujan menyebabkan biaya yang dikeluarkan untuk listrik bertambah. Namun hal ini justru lebih baik untuk mencegah produktivitas ayam menurun akibat kurangnya intensitas pencahayaan.

5) Penyebaran penyakit

    Musim pancaroba dapat meningkatkan kejadian penyakit pada ayam. Keadaan ini disebabkan cuaca yang selalu berubah-ubah antara panas dan hujan pada awal pergantian musim. Ketika musim hujan tiba, kelembapan udara menjadi tinggi dan hujan akan turun terus-menerus. Keadaan seperti ini menjadi pemicu stres dan kejadian penyakit pada ayam. 

        

                                Tabel 1. Temperature Heat Indek (THI) pada ayam.

Keterangan :

    Walaupun saat ini terjadi penurunan suhu, tidak menutup kemungkinan ayam terkena kasus heat stress yang dikarenakan oleh kelembaban yang tinggi. Untuk mengetahui indeks heat stress tersaji pada tabel 1.

    Penyebaran infeksi penyakit melalui udara yang sering muncul saat musim kemarau, memang sedikit berkurang di musim hujan. Tetapi penularan melalui air minum justru cenderung meningkat. Namun hal ini tidak berarti penyakit pencernaan lebih dominan daripada penyakit pernapasan. Struktur anatomi ayam yang tidak mempunyai pembatas antara rongga hidung dengan rongga mulut menyebabkan ayam dapat terserang penyakit pernapasan melalui air minum misalnya SNOT, CRD, AI, dan ILT.

    Peningkatan populasi serangga di musim hujan juga harus diwaspadai. Saat musim hujan datang, hal lumrah jika di sekitar kandang banyak terlihat larva lalat merayap di tumpukan kotoran. Kemudian larva tersebut berkembang hingga menjadi lalat dewasa. Saat musim hujan akan mulai tumbuh jentik-jentik nyamuk di genangan air sekitar kandang ataupun berkeliarannya kecoa di sela-sela kandang.

    Serangga (lalat, kecoa, nyamuk) merupakan pembawa agen penyakit dari feses ke tempat pakan dan air minum ayam. Berbagai agen penyakit yang terdapat di feses dapat ditularkan oleh serangga dari satu peternakan ke peternakan lainnya. Terlebih saat musim hujan, telur cacing dan bakteri E. coli memiliki daya tahan lebih lama saat berada di luar tubuh ayam.

    Peternak perlu melakukan persiapan dalam menghadapi musim hujan untuk mencegah terjadinya wabah penyakit dan penurunan produktivitas. Diperlukan penyesuaian dan sedikit modifikasi terhadap manajemen pemeliharaan ketika musim hujan. Cara mengatasi permasalahan tersebut adalah:

1. Perbaikan manajemen kandang

        Pada periode brooding tambahkan jumlah pemanas atau naikkan suhu pemanas sehingga suhu kandang sesuai dengan kebutuhan DOC dan DOC merasa nyaman. Saat cuaca mendung di siang hari nyalakan lampu kandang agar konsumsi pakan tetap terkontrol.

        Pada saat musim hujan, sekam yang baru di beli tidak selalu berkualitas bagus. Sekam baru yang lembap atau basah harus segera ditebar di ruangan atau dijemur agar terkena angin dang mengering. Setelah kering, sekam disemprot dengan desinfektan SPECTARAL untuk membunuh agen penyakit sebelum ditebar di kandang ayam. Sekam yang disimpan di gudang atau kandang kosong harus sering dijemur agar tidak lembab dan tidak ditumbuhi jamur.

        Pada saat musim hujan mulai tumbuh lalat, jentik-jentik nyamuk di genangan air sekitar kandang ataupun berkeliarannya kecoa di sela-sela kandang. Berantas lalat, nyamuk, dan serangga lainnya dengan insektisida yang aman untuk ternak dengan FLY-OFF.

2. Perlakuan terhadap air minum.

  •     Filtrasi

    Filtrasi (penyaringan) dilakukan menggunakan alat filter yang telah dirancang khusus untuk menyaring partikel organik/material lumpur dan logam dalam air. Salah satunya dengan menggunakan karbon aktif/ arang aktif. Alat filtrasi ini bisa dipasang pada sumber air sebelum air tersebut masuk ke penampungan air atau dipasang ketika air keluar dari penampungan sebelum disalurkan ke kandang.

  •     Sterilisasi

    Sanitasi air minum bisa dilakukan dengan cara pemberian KLORIN-GARD. Program sanitasi air dilakukan 3-4 kali seminggu dengan waktu selang seling. Sanitasi air ini sebaiknya dilakukan sesudah penyaringan/pengendapan air agar bekerja lebih efektif karena senyawa chlorine mudah terpengaruh oleh partikel organik. Air minum yang disanitasi dengan KLORIN-GARD minimal didiamkan selama 2-3 jam sebelum digunakan untuk program medikasi/treatment lainnya. Pada saat akan vaksinasi dengan air minum jangan dilakukan sterilisasi air 2 hari sebelum dan 1 hari sesudah vaksinasi karena virus dalam vaksin akan rusak atau mati apabila kontak dengan disinfektan.

3. Perlakuan terhadap pakan

  • Pastikan kadar air dalam pakan tidak lebih dari 14%. Jika terpaksa menerima bahan baku dengan kadar air >14%, maka segera keringkan dengan alat pengering khusus (oven) atau lakukan pengaturan stok agar bahan baku pakan bisa digunakan sesegera mungkin. Jika diperlukan tambahkan mold inhibitor seperti asam propionat untuk menghambat pertumbuhan jamur.
  • Pastikan tidak ada karung pakan yang sobek untuk mencegah kontak antara pakan dengan udara dan air.
  • Menerapkan sistem first in first out (FIFO: penggunaan berdasarkan tanggal kedatangan bahan pakan) atau first expired first out (FEFO: penggunaan berdasarkan tanggal kadaluarsa). Tetapi jika ada bahan baku berkualitas kurang baik dan tidak memungkinkan disimpan lebih lama dapat digunakan terlebih dahulu.
  • Gunakan pallet kayu di bawah tumpukan pakan. Pilih kayu yang tidak mudah lapuk dan sulit basah seperti kayu jati atau meranti. Usahakan pakan tidak menempel pada dinding gudang. Berikan jarak minimal 50 cm dari dinding gudang.
  • Selain jamur, perhatikan pula adanya serangga dan tikus. Serangga dan tikus bisa memakan dan merusak pakan sehingga kadar nutrisinya menurun serta berpotensi menyebarkan penyakit.
  • Penambahan toxin binder (pengikat mikotoksin) ke dalam pakan. Contoh toxin binder yang bisa digunakan karena aplikasinya mudah dan efektif mengikat mikotoksin adalah XPEL-DIATOMITE

4) Upaya meningkatkan daya tahan tubuh


Untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam saat musim hujan adalah sebagai berikut:

  • Pemberian multivitamin anti-stress TM-VITA dan imunostimulan Introvit-E-Selen WS.
  • Melaksanakan program vaksinasi sesuai jadwal. Beri perhatian khusus terhadap penyakit-penyakit yang meningkat saat musim hujan seperti AI, ND, Gumboro, Coryza dan IB.
  • Memberikan ANTI-HEATSTRESS untuk menekan stress panas.
  • Menerapkan program obat cacing (deworming) rutin terutama di peternakan ayam petelur yang memiliki masa hidup lebih lama. Beri obat cacing saat ayam berumur 1 bulan dan di ulang saat umur 3 bulan atau sebelum pindah ke kandang baterai (layer). Pengulangan obat cacing berdasarkan tipe kandang dan jenis cacing yang akan dibasmi. Untuk kandang postal berikan minimal tiap 2 bulan sedangkan kandang baterai berikan tiap 3 bulan. Untuk menghadapi cacing gilik (Nematoda), deworming sebaiknya diulang tiap 2 bulan dan cacing pita (Cestoda) tiap 1 bulan. Pemberian LEVANIC mampu menuntaskan cacing pita dan cacing gilig secara menyeluruh.
  • Melakukan cleaning program saat DOC pertama kali datang. Untuk DOC dengan berat badan dibawah standar dapat diberikan antibiotik yang efektif pada saluran pencernaan seperti COLISTAN atau DIMOXAN WS, sedangkan jika sudah memenuhi standar sebaiknya diberi antibiotik yang efektif pada saluran pernafasan seperti ERI-PLUS atau TYLOQUIN. Lebih efektif jika peternak juga memiliki data recording periode sebelumnya sehingga cleaning program dapat benar-benar dilakukan sebelum penyakit terjadi.