Lakukan Penanganan Koksidiosis dengan Tepat pada Ayam

Diterbitkan pada

Httpswww.poultryworld.nethealtharticles201612what to do if poultry droppings
Sumber gambar : https://www.poultryworld.net/Health/Articles/2016/12/What-to-do-if-poultry-droppings-contain-mucus-and-blood-73757E/

    Kondisi lingkungan sulit dikendalikan karena faktor cuaca yang buruk sehingga memberikan ancaman pada kesehatan ayam. Mikroorganisme penyebab infeksi jumlahnya semakin menjadi tidak terkendalikan akan mengakibatkan ayam-ayam di dalam kandang menjadi sakit. Segala jenis kasus penyakit pada ayam terlihat meningkat sejak 2017 hingga 2018. Salah satu kejadian kasus peyakit yang meningkat adalah penyakit koksidiosis yang disebabkan oleh Eimeria sp. Pada tahun 2017, tingkat kejadian koksidiosis pada ayam pedaging memiliki prevalensi 10.14 % menjadi 13.29 pada tahun 2018. Sedangkan pada ayam petelur kejadian meningkat dari 6.49 % menjadi 7.01 % (Nuryanto, 2019). Peningkatan kasus kejadian penyakit koksidiosis terjadi dapat berkaitan sejak adanya peraturan pelarangan AGP. 

Apa itu penyakit koksidiosis ?

Gambar 1. Jenis dan lokasi infeksi koksidiosis pada ayam

    Koksidiosis merupakan penyakit pada unggas disebabkan oleh protozoa Eimeria sp. Berbagai macam Eimeria sp. yang penting di peternakan unggas diantaranya adalah E. acervulina, E. necatrix, E. tenella, E. maxima, dan E. brunetti. Setiap jenis Eimeria memiliki lokasi masing-masing yang spesifik pada saluran pencernaan unggas. Eimeria acervulina menginfeksi di akhir duodenum hingga awal jejunum. Eimeria necatrix menginfeksi di pertengahan jejunum. Eimeria tenella menginfeksi di sekum. Eimeria maxima menginfeksi di pertengahan jejunum, dan Eimeria brunetti di akhir jejunum hingga kolon

Tabel 1. Periode prepaten, waktu minimal sporulasi, dan jumlah oosista Eimeria sp. pada ayam 


    Masing-masing jenis Eimeria sp. memiliki periode prepaten (Waktu antara masuknya stadium infektif kedalam tubuh hingga dapat terdeteksi dalam tubuh) dan waktu sporulasi minimal sesuai pada Tabel 1. Satu oosit koksidia mampu memproduksi 200.000-2.000.000 oosit dalam sekali sporulasi. Eimeria spp. merupakan agen infeksi yang bersifat spesifik pada lokasi bagian pencernaan pada ayam dengan siklus hidup yang berlangsung 6-7 hari dan memiliki siklus seksual dan aseksual. Siklus hidup seksual koksidia berlangsung di dalam jaringan epitel mukosa usus. Ketika koksidia melewati siklus seksual dapat menyebabkan perdarahan pada usus karena stadium gametogoni pada koksidia akan mengeluarkan oosista dari jaringan epitel usus sehingga terjadi feses yang dosertai darah. Maka dari itu, apabila ada kejadian berak berdarah pada suatu peternakan perlu ditelusuri kembali pada kegiatan yang dilakukan satu minggu sebelumnya. Penularan terjadi secara horizontal melalui pakan dan minum serta alas kandang yang terkontaminasi oosista. Maka transportasi manusia menjadi penting karena berpotensi sebagai sumber penularan. 

Apa pengaruh yang terjadi pada ayam jika mengalami koksidiosis?

    Ayam yang mengalami koksidiosis biasa ditunjukan dengan adanya darah dalam feses (Berak berdarah), bobot badan tidak maksimal, dan tingkat FCR yang tinggi serta resiko adanya infeksi sekunder hingga menyebabkan kematian. Koksidiosis akan memberikan peluang terjadinya infeksi oleh bakteri Clostridium perfringens sehingga akan terjadi penyakit yang disebut Necrotic Enteritis. Penanganan yang dapat dilakukan untuk koksidiosis tidak hanya pengobatan pada ayam, namun juga penanganan penyebaran oosista koksidia yang terdapat di lingkungan akibat penyebaran melalui feses ayam. Adanya oosista koksidia di dalam kandang yang tidak tertangani akan menyebabkan kejadian koksidiosis yang berulang.

Bagaimana cara pengangan koksidiosis yang tepat ?

    Salah satu obat yang dapat digunakan untuk program pemeliharaan dalam mengurangi kejadian koksidiosis adalah Amprolium. Amprolium merupakan antikoksidia yang paling aman dan tidak mengganggu produksi, sehingga sering kali digunakan sebagai program pencegahan. Amprolium paling poten terhadap koksidiosis yang disebabkan oleh E. tenella dan E. acervulina. Penggunaan Amprolium sangat direkomendasikan untuk digunakan pada kandang yang belum pernah terjadi kejadian koksidiosis (Program Pemeliharaan) dan dapat digunakan untuk menunjang proteksivitas dari vaksinasi koksidiosis yang dapat diberikan 10 hari pasca vaksinasi. Amprolium bekerja secara ekstraseluler dalam usus untuk menghambat pertumbuhan koksidia pada stadium aseksual (Tidak bekerja didalam sel epitel usus).

Tabel 2. Produk TMC dan Interchemie yang dapat digunakan untuk penanganan koksidiosis pada ayam


    Pengobatan koksidiosis dapat menggunakan produk yang mengandung Diclazuril dan Toltrazuril. Diclazuril dan Toltrazuril bekerja efektif pada stadium aseksual dan seksual dari koksidia. Mampu bekerja didalam lapisan epitel usus (dapat bekerja secara intraseluler) sehingga efektif untuk memutus siklus hidup koksidia secara cepat dan menurunkan jumlah oosista yang dihasilkan oleh koksidia.  

Maka dari itu, PT. Tekad Mandiri Citra merekomendasikan penggunaan Amprolin-300 WS (Mengandung Amprolium 300 mg) untuk program pemeliharaan pada dengan dosis 1 gram / 2 liter air minum selama 5 hari pada minggu kedua pemeliharaan sebagai program pencegahaan kejadian koksidiosis. Untuk mengobati ayam yang mengalami kejadian koksidiosis, dapat menggunakan DICLACOXY (Mengandung Diclazuril 10 mg) selama 2-3 hari dengan dosis 1 ml / 2 liter air atau menggunakan Intracox Oral (Mengandung Toltrazuril 25 mg) selama 2 hari dengan dosis 1 ml / liter air minum.