Foot and Mouth Disease, Penyakit Mulut dan Kuku

Diterbitkan pada

Sapi web
sumber: freepik.com/createdbynikitabuida

Etiologi Penyakit

    Penyakit mulut dan kuku disebabkan oleh virus Foot and Mouth Disease (FMDV). Virus tersebut merupakan virus RNA dan tidak beramplop yang termasuk kedalam famili Picornaviridae, genus Apthovirus. Terdapat tujuh serotipe yang berbeda secara imunologis yaitu A, O, C, SAT1, SAT2, SAT3, dan Asia1. Masing-masing serotipe tidak memiliki kekebalan silang. FMDV dapat aktif pada proses pendinginan dan pembekuan. mulai tidak aktif pada suhu diatas 50oC inaktif pada pH <6.0 atau >9.0, untuk menonaktifkan virus pada daging perlu dilakukan pemasakan pada suhu minimal 70oC selama 30 menit. FMDV peka terhadap beberapa desinfektan pada konsentrasi tertentu, antara lain: sodium hydroxide (2%), sodium carbonate (4%), acetic acid (2%), sodium hypochlorite (3%), potassium peroxymonosulfate/sodium chloride (1%), chlorine dioxide dan Glutaraldehyde (1-2%). FMDV bertahan dalam limfonodul dan sumsum tulang pada pH normal, pada pH <6.0 virus di daging mengalami kerusakan (setelah rigor mortis). FMDV dapat bertahan pada susu dan hasil olahan susu, menjadi inaktif setelah proses high-temperature pasteurisation. Dapat bertahan dalam pakan ternak dan lingkungan yang terkontaminasi hingga 1 bulan, tergantung dari kondisi suhu dan pH. 

Patogenesis dan Gejala klinis

    Penyakit mulut dan kuku (PMK) merupakan salah satu penyakit paling menular disertai dengan kerugian ekonomi yang tinggi. Sapi merupakan host utama dari penyakit tersebut, tetapi dapat juga menyerang hewan kuku belah lainya seperti babi, kambing dan domba. Hewan ruminansia dapat bertindak sebagai carrier, secara klinis tampak normal dan tidak menunjukkan gejala tetapi dapat menjadi sumber penularan bagi hewan lainya. Tingkat mortalitas pada hewan dewasa cenderung rendah tetapi dapat menjadi tinggi pada hewan muda dengan gangguan myocarditis. Penularan terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Rute infeksi utama yaitu inhalasi melalui saluran pernafasan. Saliva, urin, feses, susu, daging dll juga merupakan media penularan dari penyakit tersebut. PMK merupakan penyakit endemik di sebagian negara di Asia, Afrika, Timur tengah, dan Amerika selatan.

    Masa inkubasi penyakit mulut dan kuku selama 2-14 hari. Tingkat morbiditas mencapai 100%. Tingkat mortalitas pada hewan dewasa 1 – 5% dan lebih tinggi pada hewan muda 20% atau lebih. Gejala klinis bervariasi dari ringan hingga berat tergantung dari strain, jumlah paparan, umur, breed, host dan status imunitas. Gejala khas PMK yaitu adanya lesi vesikula pada area mulut dan kuku.

    Gejala klinis pada sapi menunjukkan adanya demam, anorexia, menggigil, penurunan hasil susu (2-3 hari), hipersalivasi hingga berbusa, menggeretakkan gigi. Gejala khas (patognomonis) berupa adanya lesi/lepuh pada mulut termasuk pada lidah, gusi, pipi bagian dalam, bibir dan pada seluruh teracak kaki. Setelah 24 jam lesi ruptur dan meninggalkan erosi. Pada umunya penyembuhan selama 8-15 hari. Gejala klinis PMK pada kambing dan domba yaitu demam, lesi pada mulut ringan, lesi pada kaki di sepanjang coronary band dan pada celah kuku mungkin tidak terdeteksi dengan baik. Gejala klinis pada babi yaitu demam, lesi pada mulut dan dominan pada kaki/teracak kaki disertai kepincangan dalam keadaan parah dapat mengakibatkan kuku kaki yang terlepas. Mortalitas tinggi terjadi pada anak babi.

Deteksi Penyakit

    Diagnosa penyakit mulut dan kuku (PMK) dapat dilakukan dengan pengamatan gejala klinis dan identifikasi agen penyebab melalui pengujian laboratorium. Pengamatan gejala klinis dapat dijadikan alat diagnosa yang merujuk pada PMK. Beberapa penyakit menular memiliki kemiripan gejala klinis dengan PMK seperti Vesicular stomatitis, Swine vesicular disease, Vesicular exanthema pada babi, Bovine papular stomatitis, Bovine mammillitis, Infectious bovine rhinotracheitis, Malignant catarrhal fever, Bluetongue. Diagnosa laboratorium perlu dilakukan sebagai peneguhan diagnosa menggunakan uji Enzyme-linked Immnuosortbent Assay (ELISA), Complement Fixation Test (CFT), Reverse, Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).

Rekomendasi Penanganan

    Kejadian penyakit mulut dan kuku dapat di cegah dengan cara menjaga dan mengawasi lalu lintas hewan ternak, karantina hewan dengan ketat, biosecurity kandang, pembersihan dan desinfeksi peralatan yang terkontaminasi, handling karkas dan produk asal hewan dengan baik. Desinfektan yang dinilai efektif untuk meminimalisir penyebaran PMK yaitu SPECTARAL dan KLORIN-GARD. Program vaksinasi dari pemerintah untuk membentuk imunitas komunal pada ternak. Tindakan yang dilakukan pada hewan yang terinfeksi yaitu dengan pemberian produk vitamin VITOL-140 atau INTROVIT-E-SELEN INJ sebagai terapi supportif dan pemberian antibiotik broad spectrum seperti LIMOXIN-200 LA, INTERSPECTIN-L, CEFTIONEL-50, INTERTRIM LA, INTRAMOX LA, dapat juga diberikan antibiotik yang spesifik untuk footrot yaitu MACROTYL-300. produk GLUCORTIN-20 dan KETOSOL-100 sebagai anti-radang, anti-piretik, analgesik perlu diberikan sebagai terapi simtomatis. Terapi pada lesi lokal dapat diberikan antiseptik seperti INTERCIDE atau antibiotik seperti LIMOXIN-25 SPRAY yang bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Pemberian ruboransia seperti BUTASAL-100 perlu dilakukan sebagai penambah energi bagi hewan yang terinfeksi PMK.