EGG BOUND SYNDROME

Diterbitkan pada

Bisnis ayam petelur  ini
Sumber gambar : Google images

    Permasalahan utama pada ayam layer yang cukup mengganggu yaitu pada penurunan produksi telur, yang diakibatkan penyakit infeksius maupun non-infeksius. Peternak akan merasa rugi jika di umur produksi, telur yang dihasilkan menurun. Ayam layer sendiri telah dibudidayakan sedemikian rupa untuk dapat bertelur lebih cepat. Ayam akan mulai menghasilkan telur di umur 18-20 minggu hingga akhirnya mencapai puncak di umur 30-32 minggu. Salah satu kendala non-infeksius di umur produksi ayam layer yaitu tertundanya pengeluaran telur atau ketidakmampuan ayam dalam mengeluarkan telur yang disebut sebagai egg bound syndrome. Jika peternak tidak mengetahui permasalahan yang sesungguhnya, biasanya jalur culling akan dilakukan sebagai tindakan untuk menghindari adanya kerugian. Namun, jika kita mampu mendiagnosanya lebih awal, kasus ini masih dapat tertangani.

    Egg bound syndrome merupakan kondisi yang umum terjadi pada unggas muda, terutama saat periode awal untuk bertelur. Kondisi ini tampak sebagai telur yang sudah berada di saluran uterus namun tidak dapat dikeluarkan. Penyebabnya dapat berupa obstruksi (hambatan) oviduk atau uterus. Telur yang terbentuk merupakan telur normal karena ovarium ayam masih normal. Ayam akan berusaha untuk mengeluarkan telurnya terus menerus sehingga dapat memicu timbulnya prolapsus kloaka. Prolapsus yaitu kondisi jaringan dalam kloaka keluar dari tubuh, sehingga tampak mukosa intestinum atau mukosa vagina. Penyebab lainnya yaitu peradangan oviduk, paralisis sebagian otot saluran telur, kurangnya lubrikasi, obesitas, ukuran telur yang terlalu besar, heat stress, serta kasus kolibasilosis.

    Seperti yang terlihat pada Gambar 1, tampak saluran uterus telah terisi oleh telur yang sebagian telah terbentuk cangkang dan kondisi ovarium ayam yang normal sesuai dengan urutan perkembangannya. Gejala yang dapat teramati yaitu bagian posterior tubuh tampak membengkak dalam dua hari berturut-turut. Unggas tampak lemas, merebahkan tubuhnya dan tidak mau makan. Jika kondisi ini berlanjut akan terjadi prolapsus dengan posisi telur yang mengganjal di ujung kloaka. Secara umum, kondisi ini jarang terjadi pada ayam petelur, namun ayam petelur yang sering mengalami kasus ini terjadi pada umur 21-30 minggu diikuti umur 60-80 minggu. Jika heat stress mampu menginduksi terjadinya egg bound syndrome, maka musim kemarau menjadi faktor pendukung utama dari segi cuaca. Nilai mortalitas dari egg bound syndrome yaitu 0.5% hingga 8%, sedangkan angka morbiditasnya belum diketahui.


Gambar 1. Saluran uterus yang terisi penuh oleh telur yang sebagian telah terbentuk cangkang (kiri) dan ovarium ayam normal (kanan) (Doc: tim lapangan TMC).

    Faktor pendukung kasus ini, seperti heat stress dapat menyebabkan pembentukan telur menurun karena adanya kongesti ovarium. Hipokalsemia juga dapat mendukung egg bound syndrome karena menyebabkan bentuk cangkang tidak sempurna dan tipis.  Luka pada kloaka juga dapat menstimulasi egg bound syndrome, karena ayam menahan telurnya agar tidak menimbulkan rasa sakit dari luka yang ada. Pada kondisi dehidrasi dapat membentuk adesi (penempelan) dinding oviduk dan terbentuknya obstruksi. Pada kasus obesitas karena adanya timbunan lemak yang akan tersimpan pada epithelium shell glands dapat mengganggu penggunaan kalsium dalam pembentukan cangkang telur. Lemak yang tertimbun pada area kloaka juga akan mengurangi elastisitas dari oviduk sehingga telur akan tertahan. Adanya infeksi akibat Eschericia coli juga dapat menyebabkan salpingitis. Dari seluruh bakteri yang ada pada saluran reproduksi, E. coli  bisa menjadi penyebab utama atau sekunder pada kasus ayam komersial. Rute yang paling memungkinkan yaitu kontaminasi feses area vagina oleh saluran intestinum di kloaka.

    Penanganan dari kasus ini dapat dilakukan dengan memisahkan ayam yang sakit dari kawanannya agar memiliki tempat yang nyaman untuk dapat berbaring. Memberikan lingkungan yang hangat, merendam ayam dalam air hangat atau handuk basah yang telah direndam air hangat, pemberian lubrikan di area kloaka atau vagina dan pemberian kalsium juga dapat membantu meringankan gejala. Lingkungan yang nyaman dan hangat akan membuat ayam relaksasi, perendaman atau balutan handuk hangat dilakukan untuk membuat kloaka dilatasi (relaksasi) sehingga telur yang mengganjal dapat dikeluarkan lebih mudah atau jika perlu diberi lubrikan seperti vaselin atau KY jelly untuk pelumas saluran vagina hingga kloaka dengan menggunakan ujung jari yang dimasukkan perlahan dari kloaka. Pemberian kalsium seperti yang terkandung dalam TM-VITA dapat dilakukan jika ayam terindikasi hipokalsemia, selain itu kandungan seleniumnya dapat menunjang perbaikan sel dari saluran telur. Komposisi vitamin yang seimbang dalam TM-VITA juga membantu dalam metabolisme untuk kebutuhan energi ayam. Pemijatan pada ayam tidak disarankan meskipun dapat dilakukan karena dapat berisiko dengan pecahnya telur di dalam saluran telur. Produk ANTI HEAT-STRESS juga dapat diberikan sebagai antisipasi terhadap heat stress dan PARAGIN sebagai penghilang rasa nyeri karena mengandung paracetamol dan nicotinamide. Jika ayam telah mampu bertelur, jangan terburu-buru untuk mengembalikannya dalam kandang semula, biarkan ayam beristirahat sejenak hingga kembali makan dan minum secara normal.


Sumber referensi:            
Anonim. 2011. Egg Binding in Pet Birds. Dikutip dari https://www.beautyofbirds.com/eggbinding.htmlv pada tanggal 11 November 2016.
Joy, B. dan Divya, T. R. 2014. Egg bound and Vent Prolapse in Chicken – A Review of Two Cases. Bangladesh Journal Veteriner Medicine 12 (1):91-92.
Srinivasan, Palani, Balasubramaniam, G. A., Murthy, T. R. G. K. dan Balachandran P. 2014. Prevalence and Pathology of Egg Bound Syndrome in Commercial White Leghorn Chicken. Journal World’s Poultry Research 4(2): 30-36.